Sunday, May 11, 2008

succes story

Siapa yang tak kenal dengan Roger Federer saat ini? Masih muda, ganteng, namun sudah jadi legenda. Bayangkan, dalam usia belum menginjak 26 tahun, ia sudah memecahkan rekor bertahan sebagai peringkat pertama dunia tenis selama 161 pekan berturut-turut. Ia memecahkan rekor Jimmy Connor yang sudah bertahan puluhan tahun!

Itu baru satu rekor. Sebelumnya, ia juga mendapat penghargaan Bagel Award, yakni penghargaan sebagai petenis paling banyak memenangkan set tenis dengan angka sempurna 6-0. "Saya hanya berusaha melakukan yang terbaik dan tidak berhenti memperbaiki kesalahan-kesalahan saya,"sebut Federer merendah tentang prestasinya itu.

Dengan kerendahhatian dan semangat untuk terus memperbaiki diri, pria keturunan campuran Swiss, German, dan Afrika Selatan ini sepertinya akan terus mengukir prestasi. Sebab, mengingat usia yang masih muda dan jarak nilai ATP dengan peringkat kedua dunia Rafael Nadal, cukup jauh, ia akan bisa terus bertahan di rangking satu dunia. Apalagi jika ia nantinya bisa memenangkan satu-satunya gelar tenis Grand Slam yang belum diraih, Perancis Terbuka. Ia akan jadi satu-satunya petenis pria yang bisa mengawinkan semua gelar tenis Grand Slam.

Roger Federer memang sepertinya terlahir untuk jadi legenda. Bahkan, menurut pengakuannya, sejak kecil ia sudah disebut banyak orang punya bakat gemilang di bidang olahraga. Tapi, menurut dirinya, bukan bakat yang membuatnya seperti sekarang. Kerja keras, ketekunan berlatih, dan keuletan di lapangan lah yang membuat dia bisa jadi juara sejati. "Saya terus berlatih untuk meningkatkan teknik permainan saya dan menambah kekuatan saya. Proses ini saya jalani sampai hari ini dan bahkan makin saya tingkatkan sejak saya jadi juara. Ini saya lakukan karena saya yakin masih banyak perbaikan yang harus terus dilakukan."

Dengan tekad untuk terus melakukan perbaikan itu, Roger Federer terus meretas jalan untuk mengukir rekor-rekor lainnya. Namun, semua rekor dan kemenangan yang diperolehnya, ternyata bukan hanya untuk kebanggaan dirinya. Melalui sebuah yayasan yang diberi nama seperti dirinya, Roger Federer Foundation, ia membantu anak-anak kurang beruntung di dunia terutama di Afrika Selatan. Sebagian hadiah yang diperoleh dari kemenangannya di kejuaraan tenis, digunakan untuk membantu anak-anak itu. Ia juga berperan banyak saat terjadi tsunami akhir tahun 2005. Saat itu, ia terpilih menjadi duta UNICEF, untuk membantu anak-anak yang jadi korban tsunami di Tamil Nadu, India. Ia juga berjanji untuk mengukir lebih banyak kemenangan guna mengumpulkan lebih banyak dana untuk yayasannya. Ia juga merelakan beberapa raketnya untuk dilelang guna disumbangkan melalui UNICEF. Roger Federer telah membuktikan, dengan kerja keras, semangat pantang menyerah, tekad kuat, dan kepedulian terhadap sesama, telah menjadikannya sebagai juara sejati.

Dari kisah sukses Roger Federer ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa dengan kerja keras disertai semangat pantang menyerahlah kita bisa mewujudkan cita-cita. Selain itu, kepedulian kepada sesama juga selayaknya dapat mendorong semangat kita untuk terus mengukir prestasi

Roger Federer samai rekor Bjorn Borg

Tak tersentuh. Itulah satu kata yang tepat untuk menggambarkan kehebatan petenis asal Swiss, Roger Federer ketika memastikan gelar juara Australian Open.
Federer secara elegan membuktikan diri menjadi petenis pertama dalam kurun 27 tahun terakhir yang mengantongi gelar juara di ajang ini tanpa kehilangan satu set pun. Federer sukses membukukan kemenangan 7-6 (7-2), 6-4 dan 6-4 atas petenis asal Chile, Fernando Gonzalez di Rod Laver Arena, Minggu (28/1).
Kemenangan ini membawa Federer mencatatkan kemenangan beruntun dalam 36 pertandingan. Rekor kemenangan yang tertinggi selama karirnya. Tak hanya itu, kemenangan petenis berusia 25 tahun tersebut juga mengantarkannya menyamai rekor legenda tenis dunia, Bjorn Borg pada tahun 1980 yang menjuarai French Open tanpa kehilangan satu set pun.
Petenis lain yang mencatatkan sejarah serupa adalah Ken Rosewell pada tahun 1971. ”Ken, saya senang menjadi orang yang mengikutimu, jadi saya saya sangat berterima kasih. Ini benar-benar sebuah penghargaan yang luar biasa,” ujar Federer seusai pertandingan seperti dilansir dari Yahoosports.com.
Kemenangan ini juga mengantarkan Federer yang merupakan sang juara bertahan Australian Open memperpanjang rekor kemenangan menjadi 10-0 atas Gonzalez. Ini merupakan koleksi gelar juara Australian Open ketiga dan gelar grand slam ke-10 yang dikoleksi Federer.
Daftar kesuksesan
Kemenangan ini membawa Federer semakin memperpanjang daftar kesuksesannya. Dengan lolos ke final saja, Federer sudah menyamai rekor Jack Crawford yang bermain dalam tujuh partai final grand slam pada tahun 1934.
Federer juga menjadi petenis pertama di era turnamen Open yang memenangi dua gelar juara secara beruntun dalam tiga turnamen dan memenangi enam dari tujuh gelar grand slam. Satu-satunya kegagalan yang dideritanya kala dia kalah dari Rafael Nadal di final French Open.
Sementara itu, kendati menelan kekalahan pada partai final grand slam pertamanya, Gonzalez mengungkapkan kekagumannya pada Federer yang bermain menawan. ”Saya harus mengucapkan selamat kepadanya lagi dan lagi. Dia adalah juara sejati, hari ini dia memainkan pertandingan yang sangat bagus, selama sepekan ini dan hampir selama hidupnya,” puji Gonzalez.
Kendati kalah, sukses melaju ke partai puncak Australian Open sudah menjadi prestasi yang sangat mengesankan bagi petenis berusia 26 tahun tersebut. Pasalnya, pemegang medali emas pada Olimpiade 2004 tersebut melangkah ke final setelah mengandaskan perlawanan petenis-petenis unggulan, seperti James Blake, Rafael Nadal dan Tommy Haas.
”Bagi saya, ini merupakan turnamen yang sangat istimewa. Saya sudah berada di sini selama tiga pekan, jadi saya merasa sangat senang hari ini dapat bermain di partai final,” ujar petenis Chile ini.
Federer sendiri ikut merasa bahagia melihat penampilan Gonzalez yang semakin berkembang pesat. ”Selamat kepada Fernando. Dia adalah salah satu petenis terbaik dalam turnamen ini, jadi saya bahagia untuknya dapat bermain baik di sini,” ujar Federer

Federer Awali Musim Tanah Liat dengan Kemenangan

Petenis putra peringkat satu dunia Roger Federer bangkit dari keterpurukan set pertama untuk mengalahkan petenis Belgia Olivier Rochus 4-6, 6-3, 6-2 di babak pertama Estoril Terbuka, Selasa.

Petenis Swiss, membukukan hasil buruk di awal musim untuk pertamakalinya sejak 2000, gagal merebut poin dari beberapa kesempatan break poin dan melakukan beberapa kesalahan sendiri sehingga Rochus bisa memenangi set pertama.

Federer kemudian mampu menunjukkan kelasnya untuk merebut dua set berikutnya, memastikan kemenangan dengan ace ke-17nya pada pertandingan itu.

"Permainan saya pada set pertama sangat mengecewakan, tetapi apa yang bisa saya lakukan?", kata Federer setelah bertanding selama dua jam di lapangan utama.

"Saya harus bangkit pada set kedua dan menyesuaikan beberapa hal dan pada set ketiga saya mulai bisa lebih unggul dari baseline, dan itulah kuncinya."

Kemenangan keenam Federer secara berturut-turut atas Rochus yang berada di peringkat 77 dunia membawanya berhadapan dengan petenis Romania Victor Hanescu.

Waktu Tepat

Juara 12 kali grand slam, yang baru-baru ini mengontrak mantan spesialis tanah liat Jose Higueras dari Spanyol sebagai pelatihnya, belum memenangi satu gelar pun musim ini.

"Saya melakukan servis dan pergerakan di lapangan dengan baik, tetapi hal terburuk yang saya lakukan adalah banyaknya kesalahan sendiri," kata Federer atas pertandingan tersebut.

Rochus tertinggal 2-5 pada set kedua saat membutuhkan perawatan pad bahu kanannya yang cedera.

"Pada set pertama, saya memainkan permainan yang sangat bagus dan Roger banyak kehilangan poin," kata petenis Belgia itu.

"Roger mulai bermain lebih baik dan semakin baik dan ia pun segera unggul 5-2 pada set kedua dan saya menyadari pertandingan akan berlangsung sulit. Saya melakukan dua kesalahan ganda dan sejak saat itu, ia tak terbendung," katanya.

Petenis peringkat empat dunia Nikolay Davydenko dari Rusia juga melaju setelah membukukan kemenangan 6-3, 6-1 atas petenis Austria Juergen Melzer.